BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tujuan pembangunan nasional adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara
berkelanjutan termasuk penanggulangan kurang gizi. Masalah gizi
erat kaitannya dengan masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan menyangkut aspek pengetahuan serta
perilaku yang kurang mendukung pola pada hidup sehat [1]
Menurut
data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010. Angka Kematian Balita
(AKBA) di Indonesia mengalami penurunan dari 44/1000 kelahiran pada tahun 2007
menjadi 31,28/1000 kelahiran hidup pada tahun 2011[2].
Angka-angka
ini harus terus diupayakan lagi untuk turun meskipun angka yang dicapai sudah
cukup baik, karena menurunnya AKB merupakan
gambaran adanya peningkatan dalam
kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.
2
1.2 Identifikasi
Dan Batasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Masih
banyak persoalan yang timbul mengenai status gizi dengan perkembangan anak di
lapangan. Seiring dengan itu berbagai upaya di
lakukan agar perkembangan anak lebih di perhatikan.
Perkembangan
motorik kasar anak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tingkat
pengetahuan seperti dari orang tua, nutrisi dan status gizi anak.
1.2.2 Batasan Masalah
Sehubung
banyaknya faktor maka penulis hanya membatasi pada status gizi dan motorik
kasar.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang di atas, maka dapat di
rumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada Hubungan antara Status Gizi
dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Balita.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara Status Gizi dengan
Perkembangan Motorik Kasar pada Balita.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi
Status Gizi pada balita
b. Mengidentifikasi
Perkembangan Motorik Kasar pada Balita.
c.
Menganalisis hubungan
antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita
1.4 Manfaat
Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk mendapatkan tambahan teori
tentang hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada
balita.
1.5.2 Manfaat Aplikatif
1.5.2.1
Bagi institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan pustaka
selanjutnya
1.5.2.4 Bagi
Penulis
Dapat menambah
wawasan keilmuwan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan bagi Anak Balita.
BAB II
LANDASAN TEORITIK
2.1 Defenisi
Status Gizi
Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan
yang di akibatkan oleh suatu keadaan. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi3
2.2 Pengertian Gizi
Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi4
2.3 Masalah Gizi / Malnutrition (Gizi salah, Malnutrisi)
Ada 4 bentuk malnutrisi:
a)
Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara
relatif atau absolut untuk periode tertentu.
b)
Spesjfic Desienecy: kekurangan
zat gizi tertentu, misalnya
kekurangan vitamin A, yodium, Fe
c) Over Nutrition: kelebihan konsumsi
pangan untuk periode tertentu
d)
Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (
Low Density Lipoprotein ), HDL ( High Density Lipoprotein ) dan VLDL (Very Low
Density Lipoprotein )4.
2.4 Klasifikasi Status Gizi
Secara
antropometri, status nilai gizi di klasifikasikan menjadi:
1. Gizi
lebih (overnutritional state)
Gizi
lebih adalah tingkat kesehatan sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata
kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun BB lebih
tinggi di bandingkan dengan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul
penyakit-penyakit tertentu yang sering di jumpai orang kegemuk seperti:
penyakit kardiovaskuler yang menyerang jantung dan sistem pembuluh darah,
hipertensi, DM.
2. Gizi
baik (eunutritional state)
Tingkat
kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum. Dalam kondisi ini jaringan
penuh oleh semua zat gizi. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya
kerja dan efisiensi yang baik, Tubuh juga mempunyai daya yang
setinggi-tingginya.
3. Gizi
kurang (undernutrition)
Tingkat
hesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala penyakit
defisiensi gizi. BB akan lebih rendah dari BB ideal dan penyediaan zat-zat gizi
bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat fungsi jaringan
tersebut.
4. Gizi
buruk
Keadaan
gizi kurang tingkat berat bayi di tandai dengan dua macam sindrom yang jelas
yaitu kwasiokor, karena kurang
konsumsi protein dan Marasmus karena
kurang konsumsi energi dan protein. Kwasiorkor
banyak di jumpai pada bayi dan balita pada keluarga yang berpenghasilan rendah,
dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun, yang di
sebabkan karena tidak mendapat ASI 5
2.5 Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai
berikut:
a.
Pola konsumsi dan asupan
makanan
Keadaaan
kesehatan Gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat di tentukan oleh
kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya memenuhi kebutuhan
tubuh, baik dari kualitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan
gizi yang sebaik-baiknya.
b. Status
kesehatan
Salah
satu faktor adalah yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang
dapat menganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke
status gizi buruk.
c. Pengetahuan
Semakin
banyak pengetahuan gizinya semakin banyak di perhitungkan jenis makanan yang di
pilih untuk di konsumsinya. Awam yang tidak cukup pengetahuan gizi, akan
memilih makanan yang paling menarik panca indera, dan tidak mengadakan pilihan
berdasarkan nilai gizi makanan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang
semakin banyak pengetauan gizinya, lebih menggunakan pertibangan rasional dan
oengetahuan tentang gizi makanan tersebut.
d. Status
ekonomi
Dinegara Indonesia
yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan
menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang
bergizi
e. Pemeliharaan
kesehatan
Perilaku
sehubungan dengan peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan
yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan
penyakit yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit.3
f. Lingkungan
Status
gizi kurang bila di perburuk oleh kesehatan lingkunagn rumah tangga yang kurang
memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi
g. Budaya
Hal-hal
yang perlu di perhatikan dalam budaya antara lain sikap terhadap makanan,
penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal ini sikap
terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam
masyarakat yang menyebabkan makanan menjadi rendah3
2.6 Defenisi
Dari Perkembangan
Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan (Soetjiningsih, 2007). Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya6
2.7 Perkembangan Anak Balita
Pada perkembangan anak terdapat masa
kritis, di mana di perlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi
berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial sangat
di pengaruhi lingkungan dan interaksi anak dengan orang tuanya/orang dewasa
lainnya. Perkembangan akan optimal bila interaksi sosial di usakan sesuai
dengan kebutuhan pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih
dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat
perkembangan anak balita6
Frankenburg dkk 7 melalui DDST ( Denver Developmental Screening
Test ) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang di pakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :
a) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang
berhubungan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkunganya.
b) Fine
motor adaptive ( gerakan motorik halus )Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan di lakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang
sesuatu benda.
c)
Language ( bahasa ) Kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
sopan.
d) Gross motor ( perkembangan motorik kasar ) Aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Ada juga yang membagi perkembangan
Balita ini menjadi 7 aspek perkembangan seperti pada buku petunjuk program BKB
( Bina Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan6:
a)
Tingkah laku sosial
b) Menolong diri sendiri
c) Intelektual
d) Gerakan motorik halus
e) Komunikasi pasif
f) Komunikasi aktif
g) Gerakan motorik kasar
2.8 Cara melakukan penilaian pada perkembangan motorik kasar
Jika
Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity = NO).
Cara Pemeriksaan DDST II
1.
Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa.
Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2. Tarik
garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST.
3.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang
F.
4. Berdasarkan
pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan
tidak dapat dites.
1) Abnormal
a)
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b)
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a)
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b)
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang
menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam
kriteria di atas8
2.9 Perkembangan fisik
Perkembangan fisik sangat berkaitan
erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar
dan motorik halus yaitu:
a)
Motorik kasar
Motorik kasar adalah Gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
b)
Motorik halus
Motorik halus adalah Gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal6.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi
oleh organ otak. Otaklah yang mengontrol setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin
matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.
2.10 Perkembangan motorik
Perkembangan motorik merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa
pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu dinyatakan9 sebagai
berikut:
a)
Anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti
anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b) Anak dapat beranjak dari kondisi
tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang
independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat
berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa
percaya diri
c) Anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal
Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d) Perkembangan motorik yang normal
memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan
yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan)
e) Perkembangan keterampilan motorik
sangat penting bagi perkembangan self-concept
atau kepribadian anak10
2.11 Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
a)
Faktor genetik
Faktor genetik di tentukan oleh pembawa faktor keturunan (gen) Yang
terdapat dalam sel tubuh. Gen akan di wariskan orang tua kepada Keturunannya.
Orang tua yang bertubuh besar akan mempunyai anak yang
posturnya menyerupai dirinya. Sebaliknya, orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak yang tubuhnya relatif kecil pula. Hal tersebut di sebabkan oleh gen yang di turunkan orang tua kepada anaknya.
posturnya menyerupai dirinya. Sebaliknya, orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak yang tubuhnya relatif kecil pula. Hal tersebut di sebabkan oleh gen yang di turunkan orang tua kepada anaknya.
b) Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan pada proses pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak dapat beraneka ragam, antara lain tempat tinggal, lingkungan
pergaulan, sinar matahari yang di terima, status gizi, tingkat kesehatan orang
tua, serta tingkat emosi dan latihan fisik yaitu :
a) Tempat tinggal
Bayi yang tinggal ditempat yang udaranya
segar (cukup oksigen) dapat melakukan proses pembakaran dengan lebih baik di
bandingkan dengan bayi yang tinggal di tempat udaranya penuh dengan populasi.
Demikian pula, apabila suhu dan kelembaban udaranya cukup nyaman (tidak terlalu
panas /dingin dan tidak terlalu lembab/kering), akan mempengaruhi proses
metabolisme tubuh dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tumbuh kembang
bayi.
b) Lingkungan
pergaulan
Pergaulan pertama bagi bayi adalah ibu dan
bapaknya serta anggota keluarga lainnya, berikutnya adalah tetangga. Apabila
hubungan bayi dengan orang- orang sekitarnya mesra dan penuh kehangatan, maka
suasana tersebut akan membuat membuat membuat bayi dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Apabila hubungan pergaulan ini kurang kondusif (misalnya ibu
suka marah-marah dan bapak tidak peduli). Maka pertumbuhan dan perkembangan
bayi tentu saja akan terhambat. Hal ini di sebabkan ia mengalami rasa khwatir
dan tidak tenang, yang di tunjukkan bayi akan sering rewel dan suka makan.
c) Sinar matahari yang di terima
Sinar matahari berhubungan erat dengan proses pembentukan vitamin D guna pertumbuhan tulang dan gigi. Sinar matahari pagi (pukul 07.00 -09.00) sangat baik bagi kesehatan. Apabila sinar matahari yang di terima oleh bayi berlebihan apalagi pada siang hari yang terik, akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Di sarankan memakai payung apabila membawa bayi pada kondisi sinar matahari yang panas dan terik.
Sinar matahari berhubungan erat dengan proses pembentukan vitamin D guna pertumbuhan tulang dan gigi. Sinar matahari pagi (pukul 07.00 -09.00) sangat baik bagi kesehatan. Apabila sinar matahari yang di terima oleh bayi berlebihan apalagi pada siang hari yang terik, akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Di sarankan memakai payung apabila membawa bayi pada kondisi sinar matahari yang panas dan terik.
d) Status gizi
Bayi yang mendapat asupan gizi yang
seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya. Meliputi air, karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral, akan memperoleh energi yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi yang bersangkutan akan memperoleh protein
yang sangat berguna untuk pembelahan sel tubuh. Memperoleh vitamin yang cukup
untuk kelancaran metabolisme tubuh dan akan memperoleh cukup mineral untuk
pertumbuhan tulang serta gigi. Kecukupan gizi ini secara keseluruhan akan
membuat pertumbuhan anak menjadi optimal.
e) Tingkat kesehatan orang tua
Bayi yang di lahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa di jaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal karena gizi yang di makan akan di gunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Namun bagi bayi yang memiliki penyakit bawaan dari orang tuanya atau sedang sakit maka gizi yang di makannya akan di gunakan terlebih dahulu untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru di gunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Bayi yang di lahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa di jaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal karena gizi yang di makan akan di gunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Namun bagi bayi yang memiliki penyakit bawaan dari orang tuanya atau sedang sakit maka gizi yang di makannya akan di gunakan terlebih dahulu untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru di gunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
f) Tingakt emosi dan latihan fisik
Pada
dasarnya bayi memiliki temperamen yang berbeda-beda. Ada bayi yang tenang dan
ada bayi yang mudah rewel. Sebagai orang tua kita perlu memperhatikan
temperamen dasar bayi kita, sehingga tingkat emosi yang di tunjukkan oleh bayi pada saat membutuhkan sesuatu atau
merasa tidak nyaman dapat di tangkap secara tepat. Selanjutnya di upayakan
keadaan yang nyaman bagi bayi kita. Latihan fisik juga di perlukan bagi bayi
seperti pijat bayi agar bayi terangsang otot-otot dan tulang-tulangnya untuk
berfungsi optimal selain mempererat hubungan empsional antara
orang tua dengan bayinya11.
BAB
3
3.1 Kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan tentang hubungan
antara Status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita , maka dapat
ditarik simpulan bahwa status gizi dan perkembangan motorik kasar pada balita
saling berhubungan.
3.2
Saran
3.2.1 Bagi masyarakat
Dari
hasil penelitian di harapkan masyarakat dapat memahami dan mendukung
keberhasilan program perbaikan gizi pada balita
3.2.2
Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi
tenaga kesehatan lebih berperan penting dalam memberikan penyuluhan tentang
Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada
Balita
dengan media dan bahasa yang mudah di terima masyarakat melalui leaflet,
poster, dan stiker.
3.2.3
Bagi Institusi Pendidikan
Memperbanyak
sumber-sumber kepustakaan sebagai referensi dalam penyusunan bentuk-bentuk dan
pengembangan keilmuan khususnya tentang Status Gizi dengan Motorik Kasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar