Sabtu, 27 April 2013

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTORIK KASAR BALITA



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan termasuk penanggulangan kurang gizi. Masalah gizi erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola pada hidup sehat [1]
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia mengalami penurunan dari 44/1000 kelahiran pada tahun 2007 menjadi 31,28/1000 kelahiran hidup pada tahun 2011[2]. 
Angka-angka ini harus terus diupayakan lagi untuk turun meskipun angka yang dicapai sudah cukup baik, karena menurunnya AKB merupakan
gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. 2
1.2  Identifikasi Dan Batasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Masih banyak persoalan yang timbul mengenai status gizi dengan perkembangan anak di lapangan. Seiring dengan itu berbagai upaya di lakukan agar perkembangan anak lebih di perhatikan.
Perkembangan motorik kasar anak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tingkat pengetahuan seperti dari orang tua, nutrisi dan status gizi anak.
1.2.2  Batasan Masalah
Sehubung banyaknya faktor maka penulis hanya membatasi pada status gizi dan motorik kasar.
1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Balita.
1.4  Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
 Mengetahui hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Balita.
1.4.2 Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi Status Gizi pada balita
b.   Mengidentifikasi Perkembangan Motorik Kasar pada Balita.
c.       Menganalisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita
1.4  Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk mendapatkan tambahan teori tentang hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita.



1.5.2  Manfaat Aplikatif
1.5.2.1   Bagi institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan pustaka selanjutnya
1.5.2.4 Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan keilmuwan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan bagi Anak Balita.

















BAB II
                                          LANDASAN TEORITIK
2.1  Defenisi Status Gizi
 Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang di akibatkan oleh suatu keadaan. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi3
2.2  Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi4
2.3  Masalah Gizi / Malnutrition (Gizi salah, Malnutrisi)
Ada 4 bentuk malnutrisi:
a)         Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.
       b)  Spesjfic Desienecy: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe
   c)  Over Nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
  d)  Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL ( Low Density Lipoprotein ), HDL ( High Density Lipoprotein ) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein )4.

2.4 Klasifikasi Status Gizi
Secara antropometri, status nilai gizi di klasifikasikan menjadi:
1.      Gizi lebih (overnutritional state)
Gizi lebih adalah tingkat kesehatan sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun BB lebih tinggi di bandingkan dengan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering di jumpai orang kegemuk seperti: penyakit kardiovaskuler yang menyerang jantung dan sistem pembuluh darah, hipertensi, DM. 
2.      Gizi baik (eunutritional state)
Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum. Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat gizi. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang baik, Tubuh juga mempunyai daya yang setinggi-tingginya.
3.      Gizi kurang (undernutrition)
Tingkat hesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala penyakit defisiensi gizi. BB akan lebih rendah dari BB ideal dan penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat fungsi jaringan tersebut.
4.      Gizi buruk
Keadaan gizi kurang tingkat berat bayi di tandai dengan dua macam sindrom yang jelas yaitu kwasiokor, karena kurang konsumsi protein dan Marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein. Kwasiorkor banyak di jumpai pada bayi dan balita pada keluarga yang berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun, yang di sebabkan karena tidak mendapat ASI 5
2.5  Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai berikut:
a.       Pola konsumsi dan asupan makanan
Keadaaan kesehatan Gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat di tentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya.
b.      Status kesehatan
Salah satu faktor adalah yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang dapat menganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status gizi buruk.
c.       Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin banyak di perhitungkan jenis makanan yang di pilih untuk di konsumsinya. Awam yang tidak cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik panca indera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetauan gizinya, lebih menggunakan pertibangan rasional dan oengetahuan tentang gizi makanan tersebut.


d.      Status ekonomi
Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi
e.       Pemeliharaan kesehatan
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit.3
f.       Lingkungan
Status gizi kurang bila di perburuk oleh kesehatan lingkunagn rumah tangga yang kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi
g.      Budaya
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal ini sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan makanan menjadi rendah3
2.6  Defenisi Dari Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2007). Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya6
2.7  Perkembangan Anak Balita
Pada perkembangan anak terdapat masa kritis, di mana di perlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial sangat di pengaruhi lingkungan dan interaksi anak dengan orang tuanya/orang dewasa lainnya. Perkembangan akan optimal bila interaksi sosial di usakan sesuai dengan kebutuhan pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak balita6
Frankenburg dkk 7  melalui DDST ( Denver  Developmental Screening Test ) mengemukakan  4 parameter perkembangan yang di pakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :
a) Personal social (­kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkunganya.
b)  Fine motor adaptive ( gerakan motorik halus )Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan di lakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda.
c)  Language ( bahasa ) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara sopan.
d) Gross motor ( perkembangan motorik kasar ) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Ada juga yang membagi perkembangan Balita ini menjadi 7 aspek perkembangan seperti pada buku petunjuk program BKB ( Bina Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan6:
a)  Tingkah laku sosial
b)  Menolong diri sendiri
c)  Intelektual
d)  Gerakan motorik halus
e)  Komunikasi pasif
f)  Komunikasi aktif
g)  Gerakan motorik kasar
2.8  Cara melakukan penilaian pada perkembangan motorik kasar
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
Cara Pemeriksaan DDST II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2.  Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
3. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
4.  Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas8
2.9  Perkembangan fisik
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.


 Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus yaitu:
a) Motorik kasar
Motorik kasar adalah Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
b) Motorik halus
Motorik halus adalah Gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal6.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mengontrol setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.
2.10  Perkembangan motorik
 Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu dinyatakan9  sebagai berikut:
a)  Anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b) Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri
c) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d) Perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
e) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak10
2.11 Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
a)   Faktor genetik
Faktor genetik di tentukan oleh pembawa faktor keturunan (gen) Yang terdapat dalam sel tubuh. Gen akan di wariskan orang tua kepada Keturunannya. Orang tua yang bertubuh besar akan mempunyai anak yang
posturnya menyerupai dirinya. Sebaliknya, orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak yang tubuhnya relatif kecil pula. Hal tersebut di sebabkan  oleh gen yang di turunkan orang tua kepada anaknya.
b)   Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan pada proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat beraneka ragam, antara lain tempat tinggal, lingkungan pergaulan, sinar matahari yang di terima, status gizi, tingkat kesehatan orang tua, serta tingkat emosi dan latihan fisik yaitu :      
a) Tempat tinggal
Bayi yang tinggal ditempat yang udaranya segar (cukup oksigen) dapat melakukan proses pembakaran dengan lebih baik di bandingkan dengan bayi yang tinggal di tempat udaranya penuh dengan populasi. Demikian pula, apabila suhu dan kelembaban udaranya cukup nyaman (tidak terlalu panas /dingin dan tidak terlalu lembab/kering), akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
b)  Lingkungan pergaulan
Pergaulan pertama bagi bayi adalah ibu dan bapaknya serta anggota keluarga lainnya, berikutnya adalah tetangga. Apabila hubungan bayi dengan orang- orang sekitarnya mesra dan penuh kehangatan, maka suasana tersebut akan membuat membuat membuat bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Apabila hubungan pergaulan ini kurang kondusif (misalnya ibu suka marah-marah dan bapak tidak peduli). Maka pertumbuhan dan perkembangan bayi tentu saja akan terhambat. Hal ini di sebabkan ia mengalami rasa khwatir dan tidak tenang, yang di tunjukkan bayi akan sering rewel dan suka makan.
c)  Sinar  matahari  yang di terima
             Sinar matahari berhubungan erat dengan proses pembentukan vitamin D guna pertumbuhan tulang dan gigi. Sinar matahari pagi (pukul 07.00 -09.00) sangat baik bagi kesehatan. Apabila sinar matahari yang di terima oleh bayi berlebihan apalagi pada siang hari yang terik, akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Di sarankan memakai payung apabila membawa bayi pada kondisi sinar matahari yang panas dan terik.              
d) Status gizi
Bayi yang mendapat asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya. Meliputi air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, akan memperoleh energi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi yang bersangkutan akan memperoleh protein yang sangat berguna untuk pembelahan sel tubuh. Memperoleh vitamin yang cukup untuk kelancaran metabolisme tubuh dan akan memperoleh cukup mineral untuk pertumbuhan tulang serta gigi. Kecukupan gizi ini secara keseluruhan akan membuat pertumbuhan anak menjadi optimal.
     e)  Tingkat  kesehatan orang  tua
             Bayi yang di lahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa di jaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal karena gizi yang di makan akan di gunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Namun bagi bayi yang memiliki penyakit bawaan dari orang tuanya atau sedang sakit maka gizi yang di makannya akan di gunakan terlebih dahulu untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru di gunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

f)  Tingakt emosi dan latihan fisik
Pada dasarnya bayi memiliki temperamen yang berbeda-beda. Ada bayi yang tenang dan ada bayi yang mudah rewel. Sebagai orang tua kita perlu memperhatikan temperamen dasar bayi kita, sehingga tingkat emosi yang di tunjukkan  oleh bayi pada saat membutuhkan sesuatu atau merasa tidak nyaman dapat di tangkap secara tepat. Selanjutnya di upayakan keadaan yang nyaman bagi bayi kita. Latihan fisik juga di perlukan bagi bayi seperti pijat bayi agar bayi terangsang otot-otot dan tulang-tulangnya untuk berfungsi optimal selain mempererat hubungan empsional antara orang tua dengan bayinya11.













BAB 3

3.1   Kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan tentang hubungan antara Status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita , maka dapat ditarik simpulan bahwa status gizi dan perkembangan motorik kasar pada balita saling berhubungan.

3.2    Saran
3.2.1    Bagi masyarakat
Dari hasil penelitian di harapkan masyarakat dapat memahami dan mendukung keberhasilan program perbaikan gizi pada balita
3.2.2        Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan lebih berperan penting dalam memberikan penyuluhan tentang Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada
Balita dengan media dan bahasa yang mudah di terima masyarakat melalui leaflet, poster, dan stiker. 
3.2.3        Bagi Institusi Pendidikan
Memperbanyak sumber-sumber kepustakaan sebagai referensi dalam penyusunan bentuk-bentuk dan pengembangan keilmuan khususnya tentang Status Gizi dengan Motorik Kasar.






[1], http://Dinkes Surabaya.detik.com/read/2010/02/24/083957/1305565/466/2010-angka-kematian-bayi-di jatim-bayi.
[2] http://Depkes RI.com/2010; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2 http://Depkes RI.com/2010; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3 Almatsier,Konsep Status Gizi (Jakarta:Penerbit Gramedia Pustaka Utama,2006).hal 32
4 Supariasa,dkk ,Penelitian Status Gizi(Jakarta: EGC,2009).hal 29
4 Supariasa,dkk . Penelitian Status Gizi. (Jakarta:EGC, 2009).hal 30
5 Suharjo, Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. (Jakarta : Kanisius, 2006)hal 45
3 Almatsier, Konsep Status Gizi, (Jakarta; Penerbit Gramedia Pustaka Utama,2006)hal 13
3 Almatsier, Konsep Status Gizi, (Jakarta; Penerbit Gramedia Pustaka Utama,2006)hal 15
6 Soetjiningsih SPAK, Tumbuh  Kembang Anak. (Jakarta: EGC. 2007).hal 1

6 Soetjiningsih SPAK, Tumbuh  Kembang Anak. (Jakarta: EGC. 2007).hal 29
7  (http://keperawatangun.blogspot.com/2008/05/perkembangan-menurut-denver-ii-ddst-ii.html)
6 Soetjiningsih SPAK, Tumbuh  Kembang Anak. (Jakarta: EGC. 2007).hal 72
8 http/rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurut-denver-ii-ddst-ii
6 Soetjiningsih SPAK, Tumbuh  Kembang Anak. (Jakarta: EGC. 2007).hal 76
9 (http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/perkembangan-motorik-ddst-ii.html)
10 (http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/perkembangan-motorik-ddst-ii.html)
11 (http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/115020-2008/faktor yang mempengaruhi tumbuh-kembang-anak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar